MARNI INGIN SEKOLAH
Para pemain :
v Marni :
v Ratih :
v Dinda :
v Rina :
v Doni :
v Arif :
v Teguh :
v Fahri :
v Nenek :
v Pembeli :
v Kepsek :
v Bu Wanty :
v Pak Guru :
Dipelosok desa, letaknya jauh dari kota. Ada seorang
anak perempuan, Marni namanya. Kedua orang tuanya telah lama tiada. Selain
anaknya cerdas Marni suka menolong dengan penuh kasih sayang.
Marni tinggal dengan seorang nenek yang sering
sakit-sakitan, ia membantu menjajakan kue-kue yang dibuat neneknya, memasuki
pasar dan desa-desa di sekitarnya. Banyak orang yang membeli kuenya karena
rasanya enak dan harganya murah.
Suatu
pagi di pasar ………..
Marni :
“ kue…kue… Ayo Bu beli kuenya”.
Pembeli : “ berapa harga kuenya ??”.
Marni :
“ satu kue Rp.500,- aja bu, enakloh bu kuenya”.
Pembeli : “ beneran enak???!!”.
Marni :
“ iya bu.. kalau ga enak uang kembali”. (tersenyum)
Pembeli : “ ya sudah saya beli 6 ya…”
Setelah kuenya habis terjual, Marni pun pulang ke
rumah neneknya untuk mengambil kue kembali dan menjualnya keliling desa.
Marni ingin bersekolah seperti teman-temannya di
rumah. Setiap selesai berdagang di pasar marni selalu menyempatkan diri untuk
datang ke sekolah, melihat teman-temannya belajar. Marni selalu berfikir kapan
ia bisa bersekolah seperti teman-temannya.
(Marni
berdiri di depan kelas melihat teman-temannya belajar)
Di
dalam kelas……
(Ibu
guru menyuruh anak murid berdoa sebelum memulai pelajaran)
Ibu
Guru : “ Ayo anak-anak duduk yang
rapi”. (anak2 pun bersiap duduk yang rapi)
“ Ista’iddu… Tasliman…”. (Anak2 pun
mengucap salam dan membaca do’a)
“ apa pelajaran hari ini???”
Anak
murid : “ pelajaran matematika bu…”
Ibu
Guru : “ Baik, keluarkan buku
matematika kalian. Hari ini kita akan belajar perkalian”
Hari
berikutnya ketika pelajaran matematika….
Ibu
Guru : “ Kalian sudah mengerjakan pr yang ibu
berikan kemarin??”
Anak
Murid : “ sudah bu…”
Ibu
Guru : “ Ayo siapa yang mau
mengerjakan di papan tulis??”(anak murid sedikit ramai)
Tak
lama Rina maju mengerjakan soal nomor satu. Doni sedikit kelimpungan karena dia
belum mengerjakan pr.
Doni : “ Rif, kamu udah ngerjain pr belum, sini
aku liat jawabanmu”.
Arif : “ Aku juga belum selesai”
Doni : “ Din, kamu udah ngerjain pr belum?”
Dinda : “ Udah, memangnya kenapa?!, Kamu belum
ngerjain pr ya??”
Doni : “ (Merebut buku Dinda) Sini aku liat!”
Dinda : “ Ih jangan.. (Sambil berusaha merebut
bukunya kembali)
Nanti kubilangin Bu Guru nih..”
Ibu
Guru : “ Ada apa itu rebut-ribut?!”
Dinda : “
Bu, Doni mau mengerjakan soal nomor 2 bu”
Ibu Guru : “ Ya sudah, Doni maju kerjakan soal nomor 2.”
(Doni maju sambil cemberut)
Dari
luar kelas Marni ikut menghitung soal-soal yang dituliskan di papan tulis
dengan lucunya...
Ibu
Guru : “ Ayo kerjakan soalnya” (Doni
hanya diam sambil pura-pura berfikir & sesekali
menengok kebelakang meminta jawaban)
Arif
Melihat kelucuan saat Marni menghitung di luar kelas.
Arif : “ Heh-heh teguh.., liat deh.. hahaha”
Teguh : “ Hahaha… lagi ngapain dia??!”
Arif : (mencolek Fahri) Ri, liat tuh di depan”.
Mereka tersenyum melihat kejadian itu.
Sementara
itu di depan kelas, doni tidak bisa menjawab soal. Tiba-tiba….
Marni : “ jawabannya 63 bu…” (ucap Marni dengan
suara kencang)
Arif,
Teguh dan Fahri tertawa… Ibu Guru yang dari tadi memperhatikan anak-anak tidak konsentrasi
ke pelajaran dan terus melihat keluar pintu, akhirnya bangun dan menuju pintu
setelah mendengar suara Marni itu…
Ibu
Guru : “ Siapa namamu?? Sedang apa kamu
disini??!”
Marni : “
Mmm.. saya.. saya Marni Bu, Saya cuma mau melihat mereka belajar Bu..”
Ibu
Guru : “ Kalau kamu mau belajar,
seharusnya kamu sekolah, bukannya berdiri di depan
sini, dimana sekolahmu??”
Marni
hanya menggeleng lalu menunduk..
Ibu
Guru : “ Sebaiknya kamu pergi, karena
kamu bisa mengganggu konsentrasi belajar anak
anak di kelas ini”
Marni : “
Maaf Bu, Saya sama sekali tidak bermaksud mengganggu teman-teman belajar”
Ratih : (Menghampiri Bu Guru) “ Ibu biarkan saja
Dia melihat kita belajar, selama ini dia
selalu melihat kita belajar dan tidak
pernah mengganggu.”
Dinda : “
Iya Bu, mungkin dia hanya ingin menjawab soal dari Ibu, dan lagi pula
jawabannya benar.”
Ibu
Guru : “ Tidak bisa, sekolah ini punya
peraturan, dan orang yang tidak berkepentingan
dilarang masuk, selain itu dia bisa
mengganggu konsentrasi belajar kalian.”
Ibu
Guru : “ Sebaiknya kamu pergi sekarang.”
Marni :
“ Baik Bu, permisi.” (Marni pun pergi dengan sedih)
Dirumah……….
Nenek
sedang berbaring di kasur ketika Marni baru saja pulang dari sekolah dengan
wajah lesu, Nenek yang melihat hal itu langsung menghampiri Marni.
Nenek : “ Ada apa Nak, kenapa wajahmu terlihat lesu
begitu??”
Marni : “ Ga ada apa-apa Nek.”
Nenek : “ Cerita saja pada Nenek, mungkin nenek bisa
membantumu.”
(Marni
diam sebentar lalu menatap Nenek)
Marni : “ Marni ingin sekolah Nek, seperti
temen-temen Marni yang lain”
Nenek
hanya memandang sedih. Nenek tahu Marni mempunyai keinginan yang kuat untuk
bersekolah, Tapia pa daya biaya pun tak ada. ( Nenek memeluk Marni)
Nenek : “ Sabar ya Nak, nanti kalau nenek ada uang
pasti Nenek daftarkan, kamu jangan
bersedih seperti itu, kamu harus tetap
semangat.” ( Nenek melepaskan pelukan dan
memegang Wajah Marni)
Marni : (Tersenyum) “ iya Nek aku juga akan
berusaha mengumpulkan uang.”
Di
depan rumah marni sedang membaca buku, Tiba-tiba saja teman-teman Marni datang…
Teman2:
“ Assalamu’alaikum..”
Marni : “ Wa’alaikumsalam.., eh teman-teman, ayo
silahkan masuk.”
Dinda : “ Kamu sedang apa??”
Marni : “ Aku lagi baca buku aja.”
Dinda : “ Coba aku lihat!, wah.. kamu rajin membaca
ya, pantas saja kamu bisa menjawab
soal matematika tadi”
Ratih : “ Iya, padahal soal tadi cukup sulit loh
buat kami”
Marni : “ Ah.. itu hanya kebetulan saja.. pasti
kalian lebih bisa menjawabnya dari pada aku”
Dinda : “ Oh ya Marni kenapa kamu tidakmendaftar
untuk sekolah saja, aku rasa kamu anak
yang pintar, sayangkan kalau tidak kamu
dalami lagi..”
Ratih : “ iya, siapa tau saja kamu nanti bisa jadi
dokter, iyakan Din”
Dinda : ‘ h-em”
Marni : “ aku sih ingin sekali bisa sekolah seperti
kalian, tapi Nenekku tidak punya biaya
untuk itu, lagi pula kasihan Nenekku jika
aku tetap memaksa untuk sekolah,
karena Nenekku sakit-sakitan dan sudah
tidak bisa berdagang seperti dulu.”
Ratih : “ Tapi kamu benar-benar ingin sekolahkan?!”
Marni :” iya ingin sekali, aku ingion bisa belajar
bersama teman-teman di sekolah.”
Dinda : “ Eh, ngomong-ngomong udah sore nih, Ratih
ayo kita pulang.”
Ratih : “ Iya, Marni, kami pulang dulu ya..”
Marni : “ iya.. terima kasih ya sudah mau main
kesini..”
Dinda
& Ratih : “ iya sama-sama… Assalamu’alaikum..”
Marni : “ Wa’alaikumsalam”
Di
Sekolah….
Sudah
seminggu Marni tidak pernah datang lagi ke sekolah..
Dinda : “ Ratih.. kasihan ya si Marni dia ga’ bisa
sekolah seperti kita.”
Ratih : “ iya.. makanya kita harus bersyukur karena
masih bisa bersekolah.’
Dinda : “ Hmm.. kira-kira kita bisa gay a membantu
supaya Marni bisa sekolah…”
Ratih : “ Gimana caranya??? Kita ini Cuma anak
kecil uang aja ga punya..”
Dinda : “ Ya ga harus pakai uanglah.. mungkin ada
cara lain…”
Ratih : “ apa coba??!”
Dinda : “ ehmm… apa ya????”
Ratih : “ tau”
Dinda : “ eh.. bantu mikir dong..”
Ratih : “ iya, ini juga lagi mikir, ehm… gimana
kalaau kita maintain sumbangan keliling
kampung???”
Dinda : “ bisa sih… tapi pasti lama kumpulnya..
lagian cape juga kalau harus keliling
kampung, kita kan harus sekolah, belajar
& bantu orang tua… ga ada waktunya..”
(mereka berdua mikir lagi)
Dinda : “ Nah!!”
Ratih : “ apaan sih bikin kaget aja!”
Dinda : “ Gimana kalau kita minta bantuan sama
Kepala sekolah, Marni kan pintar kali aja
dia bisa dapat beasiawa.’
Ratih : “ iya juga ya… Tapi bagaimana caranya???,
aku takut kalaau ngomong langsung..”
Dinda : “ Hmm.. gimana kalau kita bikin surat aja,
kaya di film surat untuk presiden gitu…,
Nanti kita minta anak-anak satu kelas untuk
mendukung kita, gimana???!”
Ratih : “ Emang bisa kaya gitu??”
Dinda : “ Ya kita coba dulu lah…, gimana setuju??!”
Ratih : oke deh..”
Mereka
pun membuat surat dan meminta tanda tangan dari teman-teman sekelas..”
Keesokan
harinya di sekolah.. Ruang Guru…
Ratih
& Dinda menemui Kepala Sekolah…
Ratih
& Dinda : “
Assalamu’alaikum..”
Kepsek : “ Wa’alaikumsalam..
masuk..’
(Mereka
berduapun masuk)
Kepsek:
“ Oh..Ratih & Dinda, ada perlu apa??!”
Ratih : “ Emm.. begini Pak, kami ingin memberikan
ini..” ( sambil memberikan amplop)
Kepsek : “ Apa ini??!” (bingung)
Dinda : “ Ini… nanti bapak baca saja, kami pergi
dulu, Assalamu’alaikum”
Kepsek : “ Wa’alaikumsalam.” (Sambil
melihat amplop surat, kepsek geleng2 kepala) ada-ada
saja anak-anak zaman sekarang!”
Kepsek pun membuka suratnya dan membacanya. Kepsek
agak kaget dengan isi surat itu kebetulan ada seorang guru yang melihatnya
Guru : Ada apa pak?
Kepsek:
“ Coba kamu liat”
Guru : “ Siapa yang memberikan ini”
Kepsek:
Annak kelas 3, Memangnya ada anak luar yang sering dating kesini”
Guru : Iya pa’ ada, dia sering berdiri di depan
kelasnya Bu Wanti
Kepsek
: Oh….ya sudah
Esok
harinya……….
Kepsek
: “Bu wanti tolong nanti Ratih & Dinda suruh mereka keruanngan saya
Bu
wanti : ehm………………..
Pulang
sekolah, ratih dan dinda mendatangi ruangan kepala sekolah……
Kepsek
: “ siapa yang menyuruh kalian menulis surat ini” ?
Dinda
: “ .itu inisiatif kami sendiri pak !
Lalu terjadilah dialog diantara mereka, Ratih &
Dinda menceritakan keprihatinannya atas nasib Marni yang tidak bisa sekolah,
padahal Marni itu anak yang cerdas, mereka juga menceritakan kehidupan Marni
yang berjualan kue di pasar setiap hari.
Kepsek : “ baiklah, kalian tau rumah
Marni?”
Ratih
& Dinda : “ tau Pak.”
Kepsek : “ Ya sudah, sekarang kita kesana.”
Di
Rumah Marni…
Nenek
sedang mengajari Marni pelajaran sejarah di depan rumah…
Nenek : “ kapan hari kemerdekaan Indonesia??”
Marni : “ 17 Agustus 1945 Nek”
Nenek : “ iya betul”
Kepsek,
Ratih & dinda : “ Assalamu’alaikum..”
Nenek
& Marni : “ Wa’alaikumsalam..,Mari silahkan duduk …
Mereka
pun duduk..
Nenek : “ Maaf, ada perlu apa ya?”
Kepsek : “ apa benarini rumahnya Marni?”
Nenek :” Iya benar, ini cucu saya..( sambil memegang
bahu Marni), ada apa ya pak??”
Kepsek : “ oh.. ini Marni, Kamu yang sering
datang ke sekolah setiap pagi??”
Marni : “ eee… I.. Iya pak..”(takut2)
Nenek : “ Emangnya ada apa ya pak?, apa dia suka
mengganggu di sekolah??!”
Kepsek : “ Oh tidak Bu.., saya datang kesini
atas usulan anak-anak kelas 3, khususnya Ratih
dan Dinda, mereka bilang bahwa salah satu
teman mereka anaknya pintar, tapi
tidak bisa sekolah karena terbentur biaya,
maka dari itu saya bersama mereka
datang kesini, apa benar marni ingin
sekali bersekolah?”
Nenek : “ Iya Pak, cucu saya ini memang ingin sekali
bersekolah, Cuma mau bagaimana lagi,
kehidupan kami hanya sperti ini, saya
tidak sanggup lagi kalau harus bekerja keras,
sedangkan orang tua Marni sudah tiada.”
Kepsek : (bertanya kepada Marni) “ Kamu
benar-benar ingin sekolah?”
Marni : “ Iya Pak, Ingin sekali, Saya ingin belajar
bersama teman-teman.”
Kepsek : “ Baiklah, besok datang kesekolah.
Nanti sore akan bapak kirimkan baju seragam
dan peralatan sekolah.”
Nenek : “ Tapi Pak, kami tidak mempunyai biaya.”
Kepsek : “ Seluruh biaya sekolahnya akan
saya tanggung.”
Marni : “ Tapi pak, kalau saya sekolah tidak ada
yang membantu nenek berjualan.”
Kepsek : “ kalau begitu kamu berjualan di
kantin sekolah saja, jadi kamu bisa belajar dan
membantu nenekmu.”
Marni : “ Benar Pak??”
Kepsek : “ iya..”
Nenek : “ Terima kasih banyak Pak atas bantuannya,
saya sangat senang akhirnya Marni bisa
sekolah juga”
Marni : “ Iya apk terima kasih banyak, saya pasti
akan belajar dengan rajin”
Keesokan
harinya…
Ratih
& Dinda : “ Marni… Marni.. Ayo kita sekolah..”
Marni : “ iya… Nek aku berangkat sekolah dulu ya
nek..” (menyalami tangan Nenek & membawa dagangan)
Marni
keluar Rumah dengan senyum yang lebar.. Ratih dan Dinda menunggu diluar dengan
setia..
Marni : “ Ratih, Dinda terima kasih ya atas bantuan
kalian, akhirnya aku bisa sekolah juga”
Ratih
& Dinda : “ Iya sama-sama..”
Ratih : “ kami juga senang kalau kamu bisa sekolah”
Dinda : “ Eh udah yuk cepet nanti kita terlambat!”
Marni : “ iya ayo….”
Merekapun
berangkat menuju sekolah dengan riangnya….
~
TAMAT ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar