TAFSIR SURAH AS-SAJDAH AYAT 4-6



 
BAB I
PENDAHULUAN
Alam semesta merupakan karya sang kreator yang maha agung lagi maha kuasa dalam segala hal. Tiada kekurangan yang tertinggal dari ciptaanya itu. Maha suci atas segalanya.
Allah SWT telah berfirman tentang alam semesta dalam kitab-Nya yakni al-Qur'an yang berbunyi:

ان في خلق السموات والارض واختلاف اليل والنهار لايت لاللي الالباب (ال عمران : 190)
Artinya:
Sesungguhnya dalam prenciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-oranga yanga berpikir. (QS. Ali Imron:190).

Alam semesta merupakan segala yang ada di langit dan bumi, atau keseluruhan alam baik itu alam fisik maupun non fisik, al-samawat wal ardh wa ma bainahuma (sesuatu yang ada di langit dan di bumi serta segala yang ada di antara keduanya). Di dalamnya terdapat fenomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas, mulai dari bagaimana alam ini bisa muncul, kejadian-kejadian yang ada, sampai rahasia apa di balik semuanya itu. Tentu dalam memahami alam tidak terlepas dari ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian ditafsirkan berdasarkan keimanan mengenai ayat itu dan pembuktian real melalui akal pikiran manusia.










BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Alam Semesta
Pengertian alam semesta adalah semua benda yang berada di ruang angkasa yang mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos merupkan benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos merupakan benda-benda yang mempunyai peran yang sangat besar misalnya bintang, planet dan galaksi.
Namun para ahli astromomi mendefinisikan alam semesta dalam pengertian yang lebih spesifik yaitu tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yg ada di dalamnya.
B.     Surah As-Sajdah Ayat 4-6 tentang proses terjadinya alam semesta




“Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”[1]

C.     Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 4-6
Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an dan pemelihara semesta alam itu adalah Allah yang menciptakan langit yang berlapis tujuh itu dan bumi tempat kamu berada dan Dia juga yang menciptakan apa yang ada diantara keduanya. Semua itu tercipta dalam enam hari – Walau dia kuasa menciptakan dalam sekejap, kemudian yang lebih hebat dari itu adalah Dia bersemayam di atas ‘Arsy dengan cara yang layak bagi diri-Nya. Tidak ada bagi kamu selain-Nya seorang penolong pun dan tidak ada juga seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan dengan perhatian yang penuh?
Perbedaan pendapat tentang makna kata (               ) sittati ayyam/ enam hari. Kata hari disini tidak selalu diartikan dalam waktu 24 jam, tetapi ia digunakan untuk menunjuk periode atau masa tertentu yang sangat panjang ataupun singkat. Atas dasar ini, sementara ulama memahami kata hari disini dalam arti periode atau masa yang tidak secara pasti dapat ditentukan berapa lama waktu tersebut.
Zaghlul An-Najjar menguraikan bahwa proses penciptaan alam raya yang melalui enam periode itu adalah sebagai berikut:
Periode pertama adalah proses Ar-Ratq yakni gumpalan yang menyatu. Ini merupakan asal kejadian langit dan bumi.
Periode kedua adalah Al-Fatq yakni masa terjadinya dentuman dahsyat Big Bang yang mengakibatkan terjadinya awan/kabut asap.
Periode ketiga adalah terciptanya unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas hidrogen dan helium.
Periode keempat adalah terciptangya bumi dan benda-benda angkasa dengan berpisahnya awan berasap itu serta memadatnya akibat daya tarik.
Periode kelima adalah masa penghamparan bumi serta pembentukan kulit bumi lalu pemecahannya, pergerakan oasis dan pembentukan benua-benua dan gunung-gunung serta sungai-sungai dan lain-lain.
Periode keenam adalah periode pembentukan kehidupan dalam bentuk yang paling sederhana hingga penciptaan manusia.
Firman-Nya: (                                ) tsumma istawa ‘ala al-arsy, juga menjadi bahasan para ulama. Imam malik ketika ditanya makna tersebut menjawab “kata (                   ) istawa dikenal oleh bahasa, tetapi kaifiat/caranya tidak diketahui, mempercayainya adalah wajib dan menanyakannya adalah bid’ah. Tetapi para ulama sesudah adad ke-III, berupaya menjelaskan maknanya dengan mengalihkan makna kata istawa dari makna dasarnya, yaitu bersemayam ke makna majazi yaitu “berkuasa”, dan dengan demikian penggalan ayat ini bagaikan menegaskan tentang kekuasaan Allah SWT dalam mengatur dan mengendalikan alam raya.
Kata (     ) tsumma/kemudian bukan dimaksudkan untuk menunjukkan jarak waktu, tetapi untuk menggambarkan betapa jauh tingkat penguasaan ‘Arsy, disbanding dengan penciptaan langit dan bumi.
Kata (           ) syafi’ terambil dari akar kata (             ) asy-syaf yang berarti genap atau bisa di artikan dengan syafaat. Al-Qur’an menggunakan kata (                         ) tatadzakkarun dengan dua ta’ karena itu mengesankan besar dan penuhnya perhatian yang dituntut.
Kata (           ) yudabbir terambil dari kata (         ) dubur yang berarti belakang. Kata ini digunakan untuk menjelaskan pemikiran atau pengaturan sedemikian rupa sehingga apa yang terjadi di belakang yakni kesudahan, dampak atau akibatnya telah di perhitungkan dengan matang, sehingga hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki.
Yang dimaksud dengan (              ) al-amr/urusan adalah kondisi sesuatu serta sifat dan cirri-cirinya sekaligus sistem yang mengaturnya. Huruf (      ) al pada kata ini mengandung arti jenis, sehingga mencakup semua makhluk.
Kata (             ) ya’ruju/naik yang dimaksud adalah kembalinya penentuan segala sesuatu kapada Allah SWT. Menurut pakar tafsir al-Alusi, yang dimaksud dengan ya’ruju ilaihi/naik kepada-Nya adalah kemantapan pengetahuan-Nya tentang semua urusan yang ada di langit dan di bumi, atau tercatatnya amal-amal dalam catatan para malaikat.
Thabathaba’i memahami kata (         ) sama’ bukan dalam arti arah atas, tetapi maqam kedekatan yakni hadirat-Nya. Selain itu bisa juga kata sama’ berarti pusat pengendalian urusan duniawi adalah langit.
Kata (        ) tsuma berfungsi menggambarkan kehebatan dan keagungan yang dicapai oleh sesuatu dalam perjalanan dari bawah ke “atas”. Kata (          ) alf/seribu dapat juga diartikan banyak.[2]
(                                    ) “Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha perkasa lagi Maha penyayang.” Yaitu Dia yang Maha menyaksikkan perbuatan-perbuatan hamba-Nya. Dia Maha perkasa yang perkasa terhadap segala sesuatu. Dia Maha penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
D.    Ayat-ayat Lain Tentang Penciptaan Alam
Pembicaraan al-Qur’an tentang alam semesta ditemukan dalam ayat-ayat-Nya yang tergelar dalam beberapa surat. Namun, ayat-ayat yang menjelaskan tentang alam ini masih bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasarnya saja, karena al-Qur’an bukan buku-buku ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Atau mungkin kitalah yang kurang bisa menemukan makna al Qur'an yang sesungguhnya sehingga kita belum mampu menemkan makna al Qur'an yang menunjukkan secara spesifik tentang penciptaan alam semesta.
Walaupun demikian, ayat yang secara jelas mengenai penciptaan alam dapat dilihat dalam surat al-Baqarah ayat 117, yang berbunyi:
بديع السموات والارض واذا قضى امرا فإنما يقول له كن فيكون (البقرة: 11)
“Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengucapkan kepadanya “jadilah” lalu jadilah ia.”[3]
Dari ayat di atas dapatllah kita ketahui bahwa Allah SWT-lah  pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam yang tidak dapat disangkal di samping pemeliharaanya yang maha pengasih. Karena kekuasaanya bila Ia hendak menciptakan bumi dan langit, Dia hanya mengatakan “jadilah”. Dan ayat-ayat lain tentang kejadian alam telah ditafsirkan melalui filsafat sains dan agama.
Selain ayat di atas yang telah dipaparkan, masiha ada banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan penciptaan alam di antaranya adalah dalam surat Hud ayat : 7. Yang berbunyi:
وهوالذي خلق السموات والارض في سنة ايام  وكان عرشه على الماء ليبلوكم ايكم احسن عملا ولئن قلت

انكم مبعوثون من بعد الموت  ليقولن الذين كفروا ان هذا الا سحر مبين (هود: 7)

 “Dan Dia-lah yang menciptakan ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) dalam enam tahapan atau periode, dan singgasana-Nya (sebelum itu) di atas zat air (al-ma’), agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekkah) : “sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati,” niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata : “ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”[4]
Ayat di atas mengungkapkan bahwa penciptaan alam semesta selama enam masa tahapan atau periode dan Arsy Allah ketika berlangsungnya proses penciptaannya di atas air atau sop kosmon (al-ma’). Singgasanya merupakan kinayah atau kiasan, karena untuk melukiskan Allah seperti halnya raja-raja atau penguasa di dunia yang mempunyai singgasana merupakan sikap yang tidak dapat ditoliler Islam. Namun bila dilihat dalam literatur lain, mengenai apa itu arsy tentu muncul berbagai perdebatan yang sangat signifikan.
Pertama, menurut Rasyid Ridho dalam tafsir al-Manar menjelaskan bahwa arsy merupakan “pusat pengendalian segala persoalan mahluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan ini berdasarkan pada Surat Yunus ayat 3,
ثم استوى على العرش يدبر الأمر (يونس:3)                                 
“Kemudian Dia bersemayam di atas arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan”[5]
Kedua, Jalaluddin as-Suyuti (pengarang tafsir ad-Durr al-Mantsur fi tafsir bi al-Ma’tsur) menjelasakan, arsy itu melekat pada kursi yang mana para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut dan dikelilingi oleh empat buah sungai. Sungai pertama berisi cahaya yang berkilauan, sungai yang kedua bermuatan salju putih, ketiga sungai yang penuh berisi air, dan keempat berisi api yang menyala kemerahan. Sedangkan menurut Abu asy-Syaih mengatakan arsy diciptakan dari permata zamrud hijau, sedangkan tiang-tiang penopangnya dari permata yakut merah.
Kata al-sama’ yang lazim diartikan dengan langit, harus dipahami sebagai ruang alam yang di dalamnya terdapat galaksi-galaksi, bintang-bintang, dan lainnya, berputar mengelilingi sumbunya dan pada dinding-dindingnya menempel bintang-bintang. Sedangkan kata al-ardh yang biasa diartikan bumi harus dipahami dengan materi, yakni bakal bumi yang sudah ada sesaat setelah Allah menciptakan jagad raya. Karena menurut penelitian ilmuwan, bumi baru terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu di sekitar matahari, dan tanah bumi baru terjadi sekitar 3 milyar tahun yang lalu sebagai kerak di atas magma.
Ayat yang kedua mengenai alam juga tercatat dalam surat al-Anbiya’ ayat 30, yang berbunyi:
اولم يرى الذين كفروا ان السموات والارض كانتا رتقا ففقناهما جعلنا من الماء كل شيئ حي افلا يؤمنون  
“Dan apakah orang-orang kafir tidak menetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada beriman juga. ”(QS, al-Anbiya’:30).[6]
Dalam surat ini disebutkan informasi bahwa dahulu ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) adalah menyatu sebelum dipisahkan, dan kemudian dijelaskan pula tentang air yang daripadanya dijadikan segala sesuatu yang hidup.
E.     Manfaat Alam bagi Kehidupan Manusia
Alam pada dasarnya adalah untuk kepentingan manusia. Dengan alam, manusia bisa bertempat tinggal, mencari makan, dan lain sebagainya, yang akhirnya dengan semua itu agar manusia dapat beribadah / menyembah kepada Allah (li ya’budun).
1.      Tempat Mencari Makan
Alam semesta merupakan tempat bagi semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Salah satu dari manfaat dari alam semesrta adalah sebagai tempat untuk mencari makan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
وجعل فيها روسى من فوقها وبارك فيها وقدر فيها أقوانها في اربعة ايام سواء للساءئلين (الفصلات: 10)
“Dan Kami ciptakan padanya gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi dan Dia tentukan makanan bagi (penghuni) nya dalam empat masa, memadahi untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukan.” (S. Fushilat : 10).[7]
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa bumi ini merupakan tempat makhluk untuk mencari makan. Yang sebenarnya adalah bahwa menurut kami bukan hanya bumi saja yang merupakan sarana untuk mencari makan untuk manusia, akan  tetapi benda-benda langit lainnya pun merupakam darana untuk mencari makan. Seperti astronot atau ahli falak yang menggunakan pengetahuan benda langitnya sehingga mereka bisa mendapatkan rizki dari ilmu yang mereka ketahui yang kemudian mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan makannya.
2.        Sumber Perhiasan
Selain sebagai sarana untuk mencari makan, alam semesta yang kami khususkan pada bumi ini juga mempunyai manfaat bagi kita sebagai sumber dari perhiasan. hal ini dapat kita fahami dari ayat Allah SWT yang berbunyi:
وتستخرجوا منه حلية تلبسونها (النحل: 14)
“Dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai.” [8]
Selain kedua manfaat itu masih banyak sekali manfaat-manfaat lain yang dapat kita temukan di sekitar kita, dan tidak mungkin sekali bisa disebutkan semuanya. Intinya, alam ini diciptakan oleh Allah guna memenuhi kebutuhan manusia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
alam semesta diciptakan melalui beberapa proses yang dalam al-Qur’an menyebutkan bahwasannya bumi, langit, dan seisinya terbentuk dalam enam masa. Di dalamnya terdapat fenomena atau gejala-gejala yang sangat luar biasa yang dapat kita saksikan. Allah tidak menciptakan itu semua dengan sia-sia. Dan ini semua diperuntukkan kepada menusia agar mereka mengetahui keagungan-keagungan-Nya dan supaya mereka menyembah kepada-Nya.
















DAFTAR PUSTAKA
·         Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Vol 11. Lentera Hati: Jakarta. Cetakan ke-VI
·         Ghofar, M. Abdul. 2008. Tafsir Ibnu Katsir. Pustaka Imam Asy-Syafi’i: Jakarta.
H.M. Bachrun. Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah Dan Tafsir Bahasa Indonesia. 1995. Darul Kutubil Islamiyah: Jakarta. Cetakan ke tujuh               


1H.M. Bachrun. Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah Dan Tafsir Bahasa Indonesia. 1995. Darul Kutubil Islamiyah: Jakarta. Cetakan ke tujuh               
[2] M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Vol 11. 2002. Lentera Hati: Jakarta. Cetakan Ke-VI
[3]&4 H.M. Bachrun. Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah Dan Tafsir Bahasa Indonesia. 1995. Darul Kutubil Islamiyah: Jakarta. Cetakan ke tujuh

[5] &6 H.M. Bachrun. Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah Dan Tafsir Bahasa Indonesia. 1995. Darul Kutubil Islamiyah: Jakarta. Cetakan ke tujuh

[7] &8 H.M. Bachrun. Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah Dan Tafsir Bahasa Indonesia. 1995. Darul Kutubil Islamiyah: Jakarta. Cetakan ke tujuh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MAKALAH TAFSIR SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 TENTANG METODE PENGAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Disamping itu pendidikan bertujuan agar terwujudnya manusia sebagai hamba Alloh. Menurut Islam pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadikan manusia yang menghambakan diri kepada Alloh.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Alloh. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Alloh. Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Alloh dan untuk mendapat keridhoan-Nya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pengajaran
Metode berasal dari bahasa Latin “Meta” yang berarti melalui dan “Hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut Istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita. Kata “Metode” disini diartikan secara luas, karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud disini mencakup juga metode mengajar.
Dalam literatur Ilmu Pendidikan, khususnya Ilmu Pengajaran dapat ditemukan banyak metode mengajar. Adapun metode mendidik selain dengan cara mengajar tidak terlalu banyak dibahas oleh para ahli. Sebabnya, mungkin metode mengajar lebih jelas, lebih tegas, obyektif bahkan universal, sedangkan metode mendidik selain mengajar lebih subyektif, kurang jelas, kurang tegas lebih bersifat seni dari pada sebagai sains. Metode itu banyak sekali dan akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teor-teori pengajaran. Tak dapat dibayangkan akan sejauhmana perkembangan metode-metode tersebut. Metode-metode mengajar ini disebut metode umum.
Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Biasanya studi tentang metode mengajar umum disebut dengan menggunakan istilah metode pengajaran. Disamping itu, ada pula metode pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim, karena pendidikan Islam merupakan bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar berbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.


B.     Surah Al-Maidah Ayat 67
Diantara ayat-ayat mengenai metode pengajaran yang kami bahas adalah sebagai berikut :

يا أيها الرسول بلغ ما أنزل اليك من ربك وان لم تفعل فما بلغت رسالته والله يعصمك من الناس ان الله لا يهدى القوم الكفرين
Artinya :
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.

1.      Asbabun Nuzul :
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan langsung dari Alloh maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Alloh sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Alloh SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” . Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan :
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ = Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia
Imam AL-Qurtubi memperjelas dalam konteks kerisalahan nabi sebagai rasul. Beliau mengungkapkan sebab rasul tidak berani menyampaikan risalah kenabian secara terang-terangan. Beliau menulis dalam tafsirnya :

قيل: معناه أظهر التبليغ; لأنه كان في أول الإسلام يخفيه خوفا من المشركين, ثم أمر بإظهاره في هذه الآية, وأعلمه الله أنه يعصمه من الناس
Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih menampakan pada proses penyampaian amanah kapada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makkah. Kemudian Alloh memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Alloh memberitahu kepada nabi bahwa Alloh akan menjaga keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang “kadzab”, berdusta.
Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebgai prinsip komunikasi yang effektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaranya dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran “fii anfusihiim”, artinya penyampaian dengan “bahasa” masyarakat setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Tidak jarang di sela khotbahnya nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya.
Menurut beberapa hadis yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Al-Barra’ bin Azib, Abu Hurairah, dan lainnya, ayat ini turun setelah haji Wada’ di Ghadir Khum sehubungan dengan perintah memproklarnirkan kepemimpinan (wilayah) Ali bin Abi Thalib a.s.

2.      Tafsiran :
 (Hai Rasul, sampaikanlah) semua-
(yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu) dan janganlah kamu menyembunyikan sesuatupun dari pada-Nya karena takut akan mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan -                               (Dan jika tidak kamu lakukkan) tidak kamu sampaikan semua yang diturunkan kepadamu itu-                                           (berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya). “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya-                                     (Dan Alloh memelihara kamu dari manusia) agar tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW itu dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya: “Pergilah karena sesungguhnya Alloh Memeliharaku!” Riwayat Hakim.                                                                   (sesungguhnya Alloh tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir).

3.      Penjelasan :
Nabi Muhammad adalah teladan di dalam alam nyata. Mereka memperhatikan beliau, sedangkan beliau adalah manusia seperti mereka lalu melihat bahwa sifat-sifat dan daya-daya itu menampakan diri di dalam diri beliau. Mereka menyaksikan hal itu secara nyata di dalam diri seorang manusia. Oleh karena itu hati mereka tergerak dan perasaan mereka tersentuh. Mereka ingin mencontoh rasul, masing-masing sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kesanggupannya meningkat lebih tinggi. Semangat mereka tidak mengendur, perhatian mereka tidak dipalingkan, serta tidak membiarkannya menjadi impian kosong yang terlalu muluk, karena mereka melihatnya dengan nyata hidup di alam nyata, dan menyaksikan sendiri kepribadian itu secara konkrit bukan omong kosong di alam khayal.
Oleh karena itu rasululloh s.a.w merupakan teladan terbesar buat umat manusia, beliau adalah seorang pendidik seorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik, dalam hal ini al-quran dan hadits menyebutkannya.
Melalui beliau allah membina manusia yang dikatakan allah s.w.t :

كنتم خير امة اخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله

Artinya :
Kami adalah umat terbaik yang dipersembahkan buat manusia, mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka berbuat tidak baik serta beriman kepada Allah (QS Al-Imran : 110)

Teladan itu akan tetap lestari selama langit dan bumi ini lestari, kepribadian Rosululloh s.a.w sesungguhnya bukanlah hanya teladan buat suatu masa, satu generasi satu bangsa, satu golongan atau satu lingkungan tertentu. Ia merupakan teladan universal buat seluruh manusia dan seluruh generasi.
Beliau diutus buat seluruh makhluk dan seluruh manusia kapan pun ia lahir, buat seluruh generasi dan buat seluruh tempat. Teladan yang abadi, yang tidak akan habis-habis berkurang atau rusak.
Pantaslah orang-orang yang bertemu dengan Rosululloh dan melihat langsung pribadinya yang mulia itu, telah mengisi penuh roh, hati, otak, peraaan, dan tubuh mereka. Dan melihat pribadinya yang mulia itu sungguh merupakan terjemahan konkrit dari Al-Qur’an. Oleh karena itu mereka mengimani agama yang secara nyata mereka lihat terwujud secara konkrit itu.
Semuanya itu sudah merupakan ketetapan Allah, dan ketetapannya itu sudah terealisasi dengan diturunkanya Al-Qur’an. Islam berpendapat, sebagaimana telah kita singgung didalam permulaan pasal ini, bahwa suri tauladan adalah tehnik pendidikan yang paling baik, dan seorang anak harus memperoleh teladan dari keluarga dan orang tuanya agar ia semenjak kecil sudah menerima norma-norma Islam dan berjalan berdasarkan konsepsi yang tinggi itu.
Dengan demikian Islam mendasarkan metodologi pendidikannya kepada sesuatu yang akan mengendalikan jalan kehidupan dalam masyarakat. Maka bila suatu masyarakat Islam terbentuk, masyarakat itu akan mengisi anak-anaknya dengan norma-norma Islam melalui suri tauladan yang diterapkan dalam masyarakat dan terlaksana didalam keluarga dan oleh orang tua.



BAB III
KESIMPULAN

1.      Rasululloh s.a.w merupakan teladan terbesar buat umat manusia, beliau adalah seorang pendidik seorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik, dalam hal ini al-quran dan hadits menyebutkannya.
2.     Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3.     Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya.
4.     Jangan takut untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan dalam menyampailan ilmu, tetapi hal itu harus sesuai dengan ilmunya tidak boleh di lebihkan ataupun ditambahkan.















DAFTAR PUSTAKA

  1. Quraish Shihab,M. 2006. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati: Jakarta
  2. Ahmad Tafsir, DR. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 1994.
  3. Imam jalaluddin Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin As-Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Sinar Baru: Bandung


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS