cerpen "Hari Kemenangan Yang Kelabu"
HARI KEMENANGAN YANG
KELABU
Allahhu
Akbar… Allahhu Akbar… Allahhu Akbar…
Laa.. Illaha Illallahu Allahu Akbar…
Allahu
Akbar… Walillahhilham…
Gema
takbir begitu riang hingga kepelosok-pelosok negeri. Hari yang ditunggu-tunggu
umat islam telah tiba. Hari raya yang sangat di idam-idamkan setelshsatu bulan
penuh menjalani ibadah puasa.
Di
ruangan yang serba putih dan sepi ini seorang pasien berbaring dengan tabung
infus dan oksigen yang masih menempel
ditubuhnya. Seorang wanita berpakaian putih memasuki kamar itu, memeriksa
keadaan pasien yang masih memejamkan mata tak sadarkan diri. Lalu ia
mengedipkan-ngedipkan mata mencoba menangkap sinar yang terpancar di ruangan
itu.
“Dokter…
dokter… pasiennya mulai sadar.” Teriak suster itu
Lalu
tak lama masuk seorang wanita cantik memakai baju putih dan jilbab pink yang
sangat manis yang langsung memeriksa pasien itu.
“Assalamu
‘alaikum ya ukhti…” sapa dokter itu memastikan kesadaran pasiennya
“wa…
’alaikum sa.. lam…” Jawab pasien itu terbata-bata
“Alhamdulillah…
akhirnya ukhti sudah melewati masa krisis.” Ucap dokter manis itu tersenyum
“Dok,
kenapa saya berada disini…?” tanta pasien itu bingung
“Ukhti
bingung ya.. Ukhti ga ingat apa-apa ya?” Tanya dokter, aku hanya menggeleng.
“seminggu
yang lalu ukhti kecelakaan dan sempat koma dalam keadaan kritis, tapi… sekarang
ukhtisudah agak membaik, tapi ukhti
butuh banyak istirahat. Sudah dulu ya ukhti, oh iya.. selamat hari raya idul
fitri..” Ucap dokter itu seraya pergi.
“Terima kasih dok, Selamat hari raya idul fitri juga” Ucap pasien itu.
“Terima kasih dok, Selamat hari raya idul fitri juga” Ucap pasien itu.
kini
ruangan ini sepi hanya terdengar alunan takbir yang sayup-sayup dari luar ruangan.
“kecelakaan
mobil???!! Dan sekarang sudah lebaran???!!!..” pikirnya pusing dan bingung.
Saat
sedang pusing memikirkan hal itu, tiba-tiba tante, om dan saudara-saudaranya
datang menjenguknya. Pikirannya pun
kabur.
“Rara
kamu sudah sadar nak, Alhamdulillah.. tante seneng banget nak. Gimana
Keadaan
kamu?.” Tanya Tante Fitri seraya memelukku.
“Alhamdulillah
tante, tapi masih agak pusing.”
“Minal
‘Aidin Wal Faidzin ya sayang, maafin tante dan keluarga kalau tante dan
keluarga banyak salah sama kamu.”
“sama-sama
tante.”
“oh
iya, katanya nanti sore kak dimas baru bisa datang kesini, mau menjengukkamu
sekalian lebaran.”
“oh
ya??!, jadi ga sabar deh.. tadinya kan aku sama mama dan papa yang mau
kesana..”ucap Rara sambil tersenyum. “oh iya tante, mama sama papa kok ga ada
sih, masih di perjalanan ya?! Aku kangen nih pengen ketemu.. pengen lebaran dan
minta maaf sama mama dan papa.. abis aku sering mimpiin mereka lagi
bersenang-senang di padang rumput yang luas dan indah banget, tapi entah kenapa
aku ga boleh ikut mereka.” Ucap Rara kaya anak kecil.
Tante
dan Om pun seketika terdiam.
“Tante.. Om.. ada apa??!” Tanya Rara
bingung.
Seketika
ekspresi wajah mereka berubah dan hal itu membuat Rara semakin bingung.
“Tante
kok diem aja sih, Mama sama Papa mana??!
Om tolong jawab pertanyaan ku!! Kenapa kalian diam, pasti kalian tau
sesuatu??!.” Tuding Rara.
Air
mata tante pun mengalir. Sejenak ku pandangi wajah Tante dan Om yang terlihat
muram. Tiba-tiba hati Rara pun berdetak kencang. Ia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi.
“Papa
dan Mama mu ada saying, mereka akan selalu ada di sisimu dan menjagamu dari……”
Om Firman terdiam sejenak.
Hati
Rara pun bergetar.. Matanya mulai berair.. Ia sudah tidak mampu berkata apapun.
“…..
dari atas sana sayang..” lanjut Om Firman.
Langsung
saja air mata Rara Mengalir melimpah ruah, diiringi isak tangis Tanteku yang
langsung pergi keluar ruangan karena tidak tega melihat Rara. Kini hanya
terdengar isak pilunya.
“sabar
ya sayang, ikhlaskan mereka. Mereka sudah tenang di sana. Jangan biarkan orang
tuamu menangis disana karena ketidak ikhlasanmu.” Ujar om Firman menenangkan
Rara sambil memeluknya.
“kecelakaan
mobil???!!.” Pikiran it uterus terlintas di benak Rara.
Ya..
ya.. Rara mulai ingat.
Sore
itu Rara, Papa dan Mama akan pergi ke bandung untuk menjenguk kak Dimas-kakak
laki-lakinya- yang kuliah disana untuk merayakan hari lebaran disana yang
kebetulan tinggal bersama nenek dari ayah Rara. Saat itu aku meneiki Kijang
Inova, kami berangkat dari rumah pukul 17.00 WIB. Karena kami piker jarak
Jakarta dan Bandung tidak terlalu jauh selain itu Papa juga baru saja pulang
dari kantor. Rencananya kami akan berangkat besok pagi, tapi papa berpikir
kalau berangkat besok pagi takutnya akan terjebak macet dan banyak memakan
waktu. Dikarenakan parea pegawai akan mulai libur besok. Tapi siapa sangka
takdir sudah berkehendak demikian.
Mungkin
karena tidak sabar ingin cepat sampai di tempat tujuan masing-masing, banyak
para pengemudi yang tidak bertanggung jawab
yang mengendarai mobilnya secara ugal-uagalan. Sampai pada saat itu…
Jalur yang kami lalui memang cukup lenggang sehinggabanyak yang memakai
kecepatan tinggi. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada sebush mobilyang
menyalip truk di depannya dan……
“Rara…
sudahlah sayang, Om tau kamu pasti sangat terpukul dengan kejadian ini. Tabahkan
hatimu, janganlah kamu berlarut-larut dalam kesedihan. Doakan agar Mereka
Diterima di sisi-Nya.” Ujar Om Firman membuyarkan lamunan Rara.
Rara
masih terisak.
“Iya
Om.. InsyaAllah Rara ikhlas.. Hiks..Hiks.. rara pasti akan selalu mendoakan
Papa dan Mama.. Hiks..Hiks..”
Tiba-tioba
Kak Dimas datang…
“Rara..!”
ujarnya langsung berlari memelukku.
“Kak
Dimas… Mama dan Papa kak… Hiks..Hiks..” ucap Rara sesenggukkan. Masih
menangis.
“iya Ra, Kakak tau.. sudah ya jangan
nangis lagi ada kakak disini…”
“Hiks..Hiks.. Kakak ko udah datang,
katanya nanti sore baru sampai??”
“Kakak udah ga sabar aja pengen
ngeliat keadaan kamu disini..”
“Allahhuakbar Allah…..hu akbar”
terdengar kumandang adzan dari luar rumah sakit.
“sudah dzuhur, kamu mau shalat??!”
Tanya kak Dimas
“iya, aku mau berdoa untuk mama dan
papa.”
“kakak bantu ya..”
“ga usah rarakan bisa sen…..”
Saat
itu Rara baru tersadar…
“kak kenapa kakiku ga bisa
digerakin???”. Tanya Rara panik
“iya sayang kata dokter kakimu
mengalami kelumpuhan”.
“apa???
Itu ga mungkin…” Rara kembali menangis.
“tenang
sayang ini bukan kelumpuhan permanen, kamu masih bisa sembuh dengan terapi yang
intensif setelah kamu sehat nanti”.
“tapi
kak… Rara ga bisa kemana-mana.. hiks..hiks.., dan Lagi Rara ga bisa ikut
pertandingan basket yang akn diadakan bulan ini… padahal Rara udah lama
menunggu-nunggu saat itu.. hiks.. hiks..”
“sabar
ya sayang.. kamu lain kali pasti bisa ikut pertandingan itu.. oke.., kakak
sudah mengusahakan yang terbaik bagi kamu, awalnya kaki kamu mau di amputasi
tapi kakak mengusahakan agar hal itu tidak terjadi.. karena kakak tau kamu suka
banget main basket, kakak ga ingin kamu sedih terus.. karena kamu itu
satu-satunya adik kakak yang harus kakak jaga setelah meninggalnya mama dan
papa, kakak ga ingin kehilangan kamu juga sayang..” Ucap kak dimas menjelaskan
Rara
masih menangis pilu atas apa yang terjadi pada dirinya. Yang lain hanya terdiam
membisu melihat hal itu. Setelah itu Rara melaksanakan shalat dan bermunajat
kepada Allah.
“
ya Allah.. Kuatkanlah hamba.. teguhkanlah hamba dengan iman dan kasih sayang-Mu
dalam menghadapi segala cobaan Muya Allah..” Ucap Rara sambil menitikan air
mata.
“sayang
biar bagaimana pun kami akan selalu menyayangimu, jadi jangan terus-terusan
merasa bersedih, kamu masih bisa melakukkan banyak hal..” Support Om Firman.
Langit
kini terlihat cerah setelah tadi hujan mengguyur bumi. Menimbulkan secercah
harapan hidup di dalam diri Rara.
“Ya
Allah di hari kemenangan ini aku memohon kepadamu, ampunilah segala dosa mama
dan papaku, terimalah segala amal dan ibadahnya selama mereka hidup,terimalah
mereka disisimu dan berikanlah aku kekuatan untuk menjalani kehidupan ini,,,
Amiin. Papa.. mama.. maafin Rara ya atas segala kesalahan Rara, Rara tau Rara
selalu menyusahkan Mama dan papa.. Hiks.. Hiks.. Rara janji Rara akan berusaha
untuk hidup lebih baik lagi kali ini..” Ucap Rara dalam doa shalatnya.
~ TAMAT ~
0 Response to "cerpen "Hari Kemenangan Yang Kelabu""
Posting Komentar